#mySEPadventure: Ariranur Haniffadli – Malaysia
22 Juli 2016, perjalanan pertama kali menuju negeri orang dimulai. Malaysia, menjadi Negara luar pertama bagi saya yang akan dikunjungi. Lebih dari wisata atau bertemu dengan sanak saudara disana, namun saya ingin belajar lebih dalam mengenai profesi saya, Kefarmasian. Kurang lebih 3 minggu, aku akan berada di Negara tersebut untuk banyak belajar hal baru dan mengambil manfaat lebih dari untuk bisa saya bawa ke Indonesia dan tentunya untuk kemajuan negeri ini.
Perjalanan dimulai dari Bandung-Kualalumpur. Sambil menunggu pesawat yang delay akibat cuaca buruk saya terus berkomunikasi dengan SEO Malaysia mengenai kedatngan saya disana. Maklum, pertama kali pergi ke negeri orang dan belum tahu banyak mengenai adat disana meskipun banyak berita bahwa budaya negeri itu tak berbeda jauh dengan Indonesia. Namun, tetap saja rasa khawatir masih ada. Pukul 15.00, ahirnya pesawat menuju Kualalumpur telah tersedia dan penerbangan memakan waktu 2 jam 30 menit tersebut ditemani hujan saat take off . Meskipun begitu, selama penerbangan cuaca sangat bersahabat dan bisa mendarat dengan selamat di Kuala lumpur. Setelah sampai di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA), saya pun menuju Imigrasi Bandara dengan mengikuti arus karena ternyata pintu imigrasi terletak berbeda gedung dengan terminal kedatangan sehingga harus menggunakan kereta untuk menuju pintu imigrasi. Sesampainya di pintu imigrasi, sekitar 1 jam menunggu akhirnya bisa melintasi pintu imigrasi.
Karena hari itu sudah terlalu malam, maka saya menuju penginapan dengan modal berkontak dengan SEO Malaysia yang sayang sekali tak bisa menjemput saat itu. Setelah 30 menit berkeliling di Bandara yang sangat besar akhirnya saya menemukan kereta untuk menuju penginapan. Malaysia merupakan salah satu Negara yang memliki moda transportasi massa yang baik dan terkoneksi satu sama lain. Terdapat banyak jenis kereta di Malaysia seperti :
- KLIA Ekspress dan Transit, merupakan kereta yang digunakan untuk menuju Bandara-KL Sentral dan sebaliknya. Perbedaan KLIA Ekspress dan Transit adalah KLIA Ekspress hanya akan berhenti di KLIA dan KL Snetral, sedangkan KLIA Transit akan berhenti di setiap stasiun yang dilewati (sejitar 4 stasiun). Perbedaan waktunya juga tidak terlalu jauh sekitar 28 menit.
- KTM, merupakan kereta yang memliki jalur rel besebelahan dengan jalan layaknya KRL di Indonesia
- LRT, merupakan kereta yang memiliki jalur rel diatas tanah dan digerakkan secara otomatis.
- Monorail, merupakan kereta yang memiliki jalur di atas jalan dan hanya memiliki jalr atau stasiun yang relative pendek dibandingkan kereta lain.
Hampir setiap stasiun kereta terhubung dengan halte bus, sehinggacukup mudah untuk melanjutkan perjalanan apabila tidak terdapat kereta. Banyak pula jenis bus di Malaysia namun syangnya tidak semua bus pernah saya naiki.
Perjalanan dari KLIA ke KL Sentral memakan waktu sekitar 30 menit, KL Sentral merupakan Pusat dari semua moda transportasi di KL mulai dari LRT, Monorail, KTM, KL Ekspress dan Bus. KL Sentral ini terhubung dengan Pusat Perbelanjaan sehingga cukup membuat KL Sentral sangat ramai. Perjalanan menuju penginapan pun di lanjutkan dengan LRT yang membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Sesampainya di penginapan, setelah meletakkan barang, hari pertama ditutup dengan makan malam di warung India.
SEP Internship di Malaysia ini dilakukan selama 2 minggu di Universitas Malaya yang terletak di Petaling Jaya, Selangor. Kota ini menjadi kota satelit bagi Kuala Lumpur, sama halnya dengan Bogor, Depok, maupun Tangerang di Indonesia. Terdapat 2 projek riset yang akan diberikan oleh supervisor dari Universitas Malaya. Pertama berkaitan dengan Formulasi Sediaan Solid yaitu tablet dan yang kedua mengenai formulasi sediaan khusus yaitu formula sediaan suistained drug release. Kedua topik ini selalu diawali dengan diskusi bernama PBL(Problem Based Learning). PBL dilalukan dalam kelompok kecil sekitar 5-7 orang dan karena terdapat 5 orang peserta SEP di Universitas Malaya (2 Indonesia, 3 Mesir) maka kami menjadi satu kelompok. Dalam PBL, dosen supervisor kami yakni Dr Shaikh Nyamantulla akan menjadi pengamat selama diskusi dan akan memberikan trigger sebagai bahan diskusi. Terdapat 3-4 trigger yang saling berkaitan yang akan menuntun kelompok untuk berdiskusi. PBL menurut saya seperti miniatur dari diskusi RnD di Industri dimana setiap orang dituntut untuk memberikan pengetahauan terbaiknya untuk menyelesaikan masalah yang ada. Selain itu, dari PBL kita bisa mengetahui sifat setiap orang selama berdiskusi. Tidak hanya itu, setiap orang dalam PBL harus berbicara meskipun itu hanya sebuah pertanyaan. Ini merupakan hal yang baru bagi saya dan sepertinya belum ada di Indonesia. Dalam PBL sangat dituntut kerjasama tim yang baik dan pemahaman terhadap setiap individu yang baik serta harus mampu menahan ego pribadi untuk menjadi tim yang kompak. Suatu hal yang baru dan mungkin baik diterapkan di Indonesia untuk meningkatkan kerjasama antar individu dalam tim.
Dr. Shaik Nyamantulla dalam PBL section memberikan penjelasan
Setelah PBL berakhir, dalam satu minggu kami melakukan projek hasil PBL. Minggu pertama, kami melakukan Pilot Plan Paracetamol Tablet Project. Sebelum memasuki Laboratorium Pilot Plan layaknya di industry, kami melakukan optimasi terlebih dahulu dalam skala laboratorium. Dalam skala lab, tablet yang dibuat sekitar 30-60 tablet sedangkan dalam Pilot Plan sekitar 500-1000 tablet. Setelah optimasi dalam skala lab dengan hasil evaluasi yang tidak cukup baik, supervisor kami pun memberanikan diri untuk melanjutkan ke Pilot Plan Lab. Mungkin dalam benak beliau berpikir bahwa kami harus belajar banyak disini dan mendapatkan pengalaman baru sehingga meskipun dengan formulasi dalam skala lab yang kurang baik beliau memberanikan diri untuk melanjutkan dalam Pilot Plan agar kami mendapatkan pengalaman baru. Dalam Pilot Plan, ternyata beberapa hasil evaluasi cukup baik dari friabilitas dan friksibilitas, kekerasan, diameter, dan bobot. Namun, dari hasil uji disolusi cukup mengejutkan karena butuh waktu lebih dari 15 menit agar tablet terdislusi sempurna. Hasil yang sangat berbeda dari skala lab yang hanya membutuhkan waktu 58 detik. Apapun yang kami dapatkan dari skala lab maupun pilot plat lab akan dibuat suatu analisis dan dipresentasikan.
Campuran Fase Dalam dari Tablet
Wet Granul pada Pilot Plan Lab
Bersama Dr. Shaikh Nyamantulla dan Kak Nadia (Lab Staff) di Pilot Plan Lab
Selain melakukan aktivitas laboratorium, saya juga berkesempatan untuk mengunjungi rumah sakit milik UM yang dikelola oeh Universitas, PPUM (Pusat Perubatan Universiti Malaya). Sejak lama saya mendengar bahwa Malaysia memiliki kualitas layanan yang baik di klinik dan komunitas dan beruntungnya meskipun tidak menghadapi pekerjaan langsung, saya berkesempetan untuk berkunjung ke PPUM, rumah sakit universitas pertama di Malaysia yang juga memberikan layanan pada masyarakat. Ternyata rumor bahwa Malaysia lebih unggul di bidang klinik dan komunitasnya bukan isapan jempol belaka. Saat ini Malaysia sedang dalam tahap peralihan dari resep dokter yang ditulis tangan menjadi elektronik sehingga tidak ada lagi istilah farmasis harus mampu membaca tulisan dokter yang telah kita tahu. Rekam medis pasien telah dibuat dalam database secara storage cloud dan akan terhubung secara Nasional sehingga nantinya dimana pasien di Malaysia berobat rumah sakit dapat mengakses rekam medis pasien. Tidak hanya itu, terdapat pula ruangsteril untuk pembuatan obat-obat yang perlu disiapkan secara steril dan segar. Selain itu, PPUM dan rumah sakit lain di Malaysia mampu mengirim obat milik pasien ke rumah layaknya barang atau surat. Tentu tidak semua obat bisa dikirim, hanya obat tanpa botol dan non narkotik yang boleh di kirim via pos kepada pasien. Suatu hal yang sangat baik dalam memberikan layanan bagi pasien.
Hospital Visit bersama Dr. Chua (Clinical Lecture of UM)
Fasilitas Ruang Steril di PPUM (UM hospital)
Pelepasan Peserta SEP setelah 2 Minggu bersama Head of Department Pharmacy UM
Minggu kedua, kami melakukan proyek mengenai suistained release pH sensitive cross linked polymer. Menurut kelompok kami, projek ini merupakan topik yang cukup expert sehingga selama diskusi kami hanya mampu menerka setiap kata kunci yang ada. Namun, ini merupakan hal yang sangat menarik karena kita dapat belajar lebih dahulu tentang topik ini meskipun sebenarnya topik ini memang topik yang cukup berat bagi kamu. Dalam proyek ini, kami membuat suatu gumpalan kecil (beats). Beats ini terbuat dari polimer yang memiliki sifat sensitive pH sehingga mampu melepas obat secara perlahan karena perubahan struktur dari polimer. Namun, karena keterbatasan waktu kami tidak bisa melakukan evaluasi terhadap beats yang kami dapat sehingga kami belum mengetahui efektivitas dari formulasi kami.
Selain melakukan internship, saya juga mengikuti perjalanan mengekplorasi Malaysia. Eksplorasi Kuala Lumpur dan Melaka bersama peserta SEP lain yang berasal dari Slovenia, Belanda, Mesir, Tunisia dan Indonesia. SEP tidak hanya tentang wisata dan magang. Lebih dari itu, saya mendapatkan hal yang lebih berharga yakni pengalaman dan informasi baru. Meskipun hanya datang ke satu Negara yakni Malaysia namun saya belajar banyak hal tentang Negara lain. Perbedaan sistem pendidikan Negara lainserta budaya dan tentunya perbedaan tentang dunia kefarmasian di Negara lain. SEP mengajarkan saya bahwa masih banyak hal di dunia kefarmasianIndonesia yang cukup baik daripada Negara lain. Namun tak sedikit pula pekerjaan besar dunia kefarmasian Indonesia yang harus diperbaiki. Pergilah keluar, ambil banyak pelajaran dan bawalah pulang. #doSEP #SEPIPSF2016 #mySEPadventure
September 6, 2016 @ 9:18 am
Terima kasih info tentang ini sangat bermanfaat.
Tempat-tempat yang bagus di Indonesia sebenarnya banyak yang belum tereksplorasi untuk diolah menjadi tempat wisata.
Semoga website ini terus menyajikan info yang menarik dan bermanfaat bagi pengunjung dan pembaca.